FUNGSI MANAJEMEN KEUANGAN
Manajemen
keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan
keuangan. Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut sebagai
manajer keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan dan
berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka. Meskipun demikian,
kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kegiatan utama,
yaitu kegiatan menggunakan dana dan mencari pendanaan. Dua kegiatan utama (atau
fungsi) tersebut disebut sebagai fungsi manajemen keuangan.
Secara skematis, kegiatan manajer keuangan
ditunjukkan pada Gambar berikut.
Kegiatan-kegiatan Utama Manajer Keuangan
Manajer
keuangan perlu memperoleh dana dari pasar keuangan atau financial market (lihat
panah 1). Pasar keuangan menunjukkan pertemuan antara demand dan supply
akan dana. Untuk pertimbangan praktis, dana tersebut kadang dipisahkan
menjadi dana jangka pendek (pasamya disebut sebagai pasar uang atau money
market) dan jangka panjang (pasamya disebut sebagai pasar modal atau capital
market). Pasar keuangan tersebut bisa terjadi di sektor formal (dengan
lembaga-lembaganya, seperti perbankan, asuransi, bursa efek, sewa guna), bisa
pula di sektor informal ( dengan lembaga-lembaganya seperti, arisan, rentenir,
ijon, kumpulan simpan pinjam). Perusahaan-perusahaan besar akan sering berhubungan dengan lembaga
keuangan di sektor formal, sebaliknya perusahaan kecil dan juga sektor
informal, banyak berhubungan dengan lembaga di sektor informal.
Secara
keseluruhan lembaga-lembaga keuangan yang ada dalam sistem keuangan
di Indonesia adalah sebagai berikut (Bank Indonesia, Pembinaan dan
Pengawasan Bank, bahan seminar Februari 1993).
A. SISTEM MONETER
1.
Otoritas Moneter
-
Bank Sentral
2.
Bank Pencipta Uang Giral
-
BankUmum
B. DI LUAR SISTEM MONETER
1.
Bank bukan pencipta uang giral
-
Bank Perkreditan Rakyat
2.
Lembaga Pembiayaan
-
Perusahaan Modal Ventura
-
Perusahaan Sewa Guna
-
Perusahaan Anjak Piutang
-
Perusahaan Kartu kredit
-
Perusahaan Pembiayaan konsumen
-
Perusahaan Pegadaian
3.
Perusahaan Asuransi
-
Asuransi social
-
Asuransi jiwa
-
Asuransi kerugian
-
Reasuransi
-
Broker asuransi
-
Broker reasuransi
-
Penilai kerugian asuransi
-
Konsultan aktuaria
4.
Dana Pensiun
-
Dana pensiun pemberi kerja
-
Dana pensiun lembaga keuangan
5.
Lembaga di bidang pasar modal
-
Bursa efek
-
Lembaga kliring penyelesaian
dan penyimpanan
-
Perusahaan Reksa Dana
-
Perusahaan Efek
-
Penjamin emisi
-
Pedagang perantara
-
Manajer investasi
-
Lembaga penunjang pasar modal
-
Biro Administrasi Efek
-
Tempat penitipan harta
-
Wali amanat
6.
Lainnya
-
Pialang pasar uang
Dengan
demikian, perusahaan tidak harus menghubungi bank umum pada saat memerlukan
tambahan dana (meskipun harus diakui bahwa bank umum masih merupakan lembaga
yang terbanyak dalam menyalurkan dana). Dalam memilih lembaga keuangan,
perusahaan perlu memperhatikan dua unsur utama, yaitu (1) biaya dan persyaratan
untuk memperoleh dana tersebut, dan (2) jangka waktu dana bisa
dipergunakan. Oleh karena kita membicarakan
perusahaan pada umumnya (yaitu organisasi yang bertujuan memperoleh laba) maka
manajer keuangan perlu ke pasar keuangan untuk mendapatkan dana dan tidak
terbatas ke pasar modal. Untuk memperoleh dana
tersebut diterbitkan aktiva finansial. Dipandang dari aspek kepemilikan, dana
dari luar ini dapat berbentuk utang ataupun modal sendiri. Dana dalam bentuk
utang dapat bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang.
Dana
yang diperoleh kemudian diinvestasikan pada berbagai aktiva perusahaan, untuk
mendanai kegiatan perusahaan (lihat panah 2). Kalau kegiatan memperoleh dana
berarti perusahaan menerbitkan aktiva finansial (yaitu selembar kertas yang
mempunyai nilai pasar karena mempunyai hak untuk memperoleh penghasilan, seperti saham dan obligasi) maka
kegiatan menanamkan dana mengakibatkan perusahaan memiliki aktiva riil (seperti
tanah, mesin, persediaan,
merek dagang, paten).
Dari
kegiatan menanamkan dana (disebut investasi), perusahaan mengharapkan untuk
memperoleh hasil yang lebih besar dari pengorbanannya. Dengan kata lain,
diharapkan diperoleh "laba" (anak panah 3). Laba yang diperoleh perlu
diputuskan untuk dikembalikan ke pemilik dana (pasar keuangan), yaitu panah 4a
atau diinvestasikan kembali ke perusahaan (anak panah 4b). Kemungkinan pilihan
tidak selalu bebas. Misalnya, kalua dana diperoleh dalam bentuk pinjaman maka
pengembalian pinjaman dan bunganya tidak bisa dihindari.
Dalam
skema tersebut terlihat bahwa manajer keuangan harus mengambil keputusan
tentang:
1. - penggunaan dana (yaitu panah 2, disebut sebagai keputusan investasi);
2. - memperoleh dana (yaitu panah 1, disebut sebagai keputusan
pendanaan);
3. - pembagian laba (yaitu panah 4a atau 4b, disebut sebagai kebijakan dividen).
Ketiga
keputusan tersebut merupakan keputusan-keputusan keuangan yang harus diambil
oleh manajer keuangan.
Keputusan
investasi akan tercermin pada sisi akti va perusahaan. Dengan demikian akan
mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan, yaitu perbandingan antara aktiva
lancar dengan aktiva tetap. Sebaliknya, keputusan pendanaan dan kebijakan
dividen akan tercermin pada sisi pasiva perusahaan. Apabila kita hanya
memperhatikan dana yang tertanam dalam jangka waktu yang lama maka perbandingan
tersebut disebut sebagai struktur modal. Apabila
diperhatikan baik dana jangka pendek maupun dana jangka panjang, perbandingannya
disebut sebagai struktur finansial. Keputusan pendanaan dan kebijakan dividen mempengaruhi kedua
struktur tersebut.
TUJUAN
MANAJEMEN KEUANGAN
Untuk
bisa mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu
menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan
yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif tujuan keputusan
keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Apa yang dimaksud dengan
nilai perusahaan? Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh
calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.
Nilai
perusahaan akan makin tinggi ( artinya calon pembeli bersedia membayar dengan
harga yang makin mahal) kalau prospek perusahaan tersebut makin baik. Prospek
yang baik berarti laba diharapkan cukup besar dan makin meningkat dengan
berjalannya waktu. Oleh karena kita makin suka kalau menjadi makin kaya,
demikian juga dengan pemilik perusahaan maka tujuan peningkatan nilai
perusahaan dipergunakan sebagai tujuan normatif. Bagi perusahaan yang
menerbitkan saham di pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa
merupakan indikator nilai perusahaan.
Memaksimumkan
nilai perusahaan (atau harga saham) tidak identic dengan memaksimumkan laba per
lembar saham (earnings per share, EPS). Hal ini disebabkan karena
(1)
memaksimumkan EPS mungkin memusatkan pada EPS saat ini
(2)
memaksimumkan EPS mengabaikan nilai waktu uang
(3)
tidak memperhatikan faktor risiko. Perusahaan mungkin memperoleh EPS yang
tinggi pada saat ini, tetapi apabila pertumbuhannya diharapkan rendah maka
dapat saja harga sahamnya lebih rendah apabila dibandingkan dengan perusahaan
yang saat ini mempunyai EPS yang lebih kecil. Dengan demikian, memaksimumkan
nilai perusahaan juga tidak identik dengan memaksimumkan laba, apabila laba
diartikan sebagai laba akuntansi (yang bisa dilihat pada laporan rugi laba
perusahaan). Sebaliknya, memaksimumkan nilai perusahaan akan identik dengan
memaksimumkan laba
dalam pengertian ekonomi (economic profit). Hal ini disebabkan karena laba
ekonomi diartikan sebagai jumlah kekayaan yang bisa dikonsumsikan tanpa
membuat pemilik kekayaan tersebut menjadi lebih miskin.
Jadi,
pada awal tahun Anda memiliki dana senilai Rp10 juta dan pada akhir tahun
meningkat menjadi Rp11,5 juta, tidak berarti kekayaan anda meningkat sebesar
Rp.1,5 juta (sehingga bisa berkonsumsi maksimum sebesar Rp 1,5 juta). Faktor
penyebabnya adalah nilai waktu uang. Anda mungkin merasa bahwa kekayaan Rp10
juta pada awal tahun sama dengan Rp 11,5 juta pada akhir tahun. Kalau memang
demikian maka sebenarnya selama satu tahun tersebut kekayaan anda tidak
berubah. Sayangnya konsep keuntungan ekonomi ini akan sangat sulit diterapkan oleh
perusahaan dalam bisnis sehari-hari. Sebagai misal, perhitungan pajak akan
didasarkan atas laba akuntansi dan bukan laba ekonomi. Karena itulah, kalau
kita mendengar istilah laba dalam lingkup perusahaan, bisa dipastikan
pengertiannya adalah pengertian akuntansi.
KEUANGAN
PERUSAHAAN (CORPORATE FINANCE)
Dengan
demikian tujuan pengelolaan keuangan tersebut sebenarnya bisa berlaku untuk
siapa saja, bukan terbatas pada perusahaan. Individu pun mungkin akan
menerapkan konsep keuangan tersebut dalam kegiatan pengaturan keuangan mereka.
Seseorang akan melakukan investasi (dalam bentuk apa pun) dengan tujuan untuk
membuat dirinya menjadi lebih kaya. Penerapan konsep-konsep keuangan untuk
pengambilan keputusan keuangan
untuk
level individu disebut sebagai personal finance. Untuk level negara disebut
sebagai public finance. Hanya saja untuk level perusahaan ada beberapa
kekhususan. Kekhususan-kekhususan tersebut, di antaranya berikut ini.
1. Perusahaan bisa dimiliki oleh lebih dari satu orang.
2. Ada peraturan-peraturan yang berlaku untuk perusahaan, tetapi
tidak untuk individu.
3. Penggunaan prinslp-prinsip akuntansi untuk mencatat transaksi keuangan
dalam perusahaan.
Kekhususan
pertama menunjukkan arti pentingnya tujuan normative keputusan keuangan.
Apabila perusahaan dimiliki oleh lebih dari satu orang maka dapat saja terjadi
ketidak-sepakatan antar pemilik perusahaan. Konflik ini akan teratasi kalau
semua pemilik sepakat bahwa alternatif yang dipilih adalah alternatif yang akan
menaikkan kekayaan pemilik perusahaan yang terbesar.
Kekhususan
kedua ditunjukkan, antara lain dari peraturan pajak. Bagi perorangan yang mempunyai
utang dan membayar bunga, pembayaran bunga tersebut tidaklah dapat dipergunakan
sebagai pengurang pajak. Batas penghasilan bebas pajak telah ditentukan oleh
peraturan, besarnya sama baik individu tersebut mempunyai utang ataupun tidak.
Sebaliknya, bagi perusahaan, pembayaran bunga hutang dapat dipergunakan untuk mengurangi
beban pajak. Dengan kata lain, perusahaan yang menggunakan utang lebih banyak,
dan karenanya membayar bunga yang lebih besar, akan membayar pajak dalam jumlah
yang lebih kecil, apabila dibandingkan dengan perusahaan yang menggunakan utang
yang lebih kecil.
Kekhususan
yang ketiga ini sering menyebabkan mereka yang belajar keuangan perusahaan
berkesimpulan bahwa keuangan perusahaan sarat dengan akuntansi. Kesimpulan
tersebut tentu saja tidak benar. Masalah-masalah
keuangan
pada dasarnya hanya menyangkut tentang kegiatan untuk menggunakan dan
memperoleh dana. Hanya saja keuangan perusahaan menggunakan informasi keuangan
yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi sehingga mereka yang
berkecimpung dalam bidang keuangan perlu memahami prinsip-prinsip tersebut.
Berikut
ini diberikan contoh bagaimana penggunaan prinsip-prinsip akuntansi menyebutkan
bahwa dana dari hasil operasi perusahaan (disebut sebagai internal
financing) dikatakan berasal dari 2 sumber, yaitu laba yang ditahan dan
penyusutan. Kalau kita menyusun perhitungan rugi laba menurut prinsip-prinsip akuntansi
maka dana hasil operasi akan sama dengan laba setelah pajak ditambah dengan
penyusutan. Marilah kita perhatikan contoh berikut ini.
Neraca
PT.SUKSES pada 31/12/2014 menunjukkan keadaan sebagai berikut.
NERACA
PT. SUKSES
31 DESEMBER 2014
Kas Rp 200 Hutang Rp
800
Aktiva
lancar lain Rp
600 Modal sendiri Rp 1.600
Aktiva
tetap (bruto) Rp 2.000
Akumulasi
penyusutan Rp (400)
Jumlah Rp 2.400 Jumlah Rp
2.400
Selama
tahun 2015 perusahaan tidak menambah dana dari luar, tidak menambah aktiva
lancar lain, dan juga tidak merubah aktiva tetap. Sedangkan hasil operasi
selama tahun 2015 ditunjukkan pada laporan laba rugi selama 2015 sebagai berikut.
LAPORAN LABA RUGI
PT. SUKSES
1 JANUARI 2015 – 31 DESEMBER 2015
Penghasilan
penjualan Rp 5.000
Biaya
(termasuk penyusutan sebesar Rp 400) Rp 4.000
Laba sebelum pajak Rp 1.000
Pajak
35 % x 1.000 Rp 350
Laba setelah pajak Rp
650
Apabila
perusahaan tidak membagikan laba maka neraca perusahaan
pada 31/12-2015 Akan
nampak sebagai berikut:
NERACA
PT. SUKSES
31 DESEMBER 2015
Kas Rp
1.250 Hutang Rp 800
Aktiva
lancar lain Rp
600 Modal sendiri Rp 2.250
Aktiva
tetap (bruto) Rp 2.000
Akumulasi
penyusutan Rp (800)
Jumlah Rp 3.050 Jumlah Rp 3.050
Oleh
karena laba tahun 2015 sebesar Rp 650,00 tidak dibagikan atau ditahan maka besarnya modal
sendiri menjadi Rp 1600,00 + Rp 650,00 = Rp 2.250,00, sedangkan akumulasi
penyusutan naik menjadi Rp 800,00 yakni penyusutan tahun 1995, Rp 400,00 dan
tahun 2015, Rp 400,00.
Akibatnya,
kas bertambah menjadi Rp1.250,00 atau meningkat Rp1.050,00. Penambahan kas,
yang menunjukkan penambahan dana yang bisa dipergunakan oleh perusahaan, sama dengan jumlah laba ditambah
dengan penyusutan, yaitu Rp 650,00 + Rp 400,00 = Rp 1.050,00. Ini merupakan salah
satu contoh akibat digunakannya prinsip-prinsip akuntansi dalam mencatat
transaksi keuangan.
Tentu
saja dalam praktiknya mungkin sekali dana dari hasil operasi tersebut telah
dipergunakan untuk berbagai keperluan. Mungkin jumlah Aktiva Lancar lain telah
meningkat, mungkin jumlah utang telah dikurangi. Dengan demikian, kita perlu
melakukan analisis untuk menelusuri dari mana saja sumber dana yang diperoleh
oleh perusahaan, dan digunakan untuk apa saja dana
tersebut. Secara umum sumber dana bisa berasal dari luar
perusahaan
(disebut sebagai external financing), baik dalam bentuk modal sendiri
maupun dalam bentuk utang. Sumber yang lain adalah dari dalam perusahaan (internal
financing), yaitu dalam bentuk laba ditahan dan penyusutan.
PERKEMBANGAN MANAJEMEN KEUANGAN
Secara
ringkas disiplin keuangan mengalami perkembangan dari disiplin yang deskriptif
menjadi makin analitis dan teoretis. Dari yang lebih menitikberatkan dari sudut
pandang pihak luar, menjadi berorientasi pengambilan
keputusan
bagi manajemen. Sumbangan para ekonom sangat besar dalam perumusan teori-teori
keuangan. Berbagai konsep, model, dan teori seperti capital budgeting,
portfolio theory, capital asset pricing model, arbitrage
pricing
theory, option pricing theory menunjukkan
perkembangan pemikiran dalam bidang keuangan.
Meskipun
demikian, tetap dijumpai berbagai pertanyaan dan perdebatan dalam bidang teori
keuangan. Seperti masalah kebijakan dividen, struktur modal, efisiensi pasar
modal merupakan beberapa masalah yang masih
mengundang
perdebatan panjang. Bahkan model yang nampaknya telah diterima oleh kalangan
bisnis, seperti capital asset pricing model, berkali-kali dipertanyakan
oleh beberapa kalangan akademis.
Dengan
demikian, dalam mempelajari manajemen keuangan kita perlu bersikap terbuka (open
mind), tidak begitu saja apriori kalau menghadapi pendapat yang berbeda.
Bagaimanapun juga teori selalu mengalami perkembangan, dan kita perlu bersikap
terbuka terhadap perkembangan tersebut.
LINGKUNGAN PERUSAHAAN
Perusahaan
bekerja pada suatu lingkungan tertentu. Bagi manajer keuangan penting untuk
memahami lingkungan keuangan yang dihadapinya. Lingkungan keuangan merupakan
faktor-faktor eksternal keuangan yang mempengaruhi keputusan-keputusan
keuangan yang akan diambil. Lingkungan keuangan terse but terdiri dari
sistem keuangan (financial system) tempat perusahaan beroperasi. Dalam
sistem keuangan tersebut dijumpai berbagai lembaga keuangan, berbagai
instrumen keuangan yang diperjualbelikan di pasar keuangan.
Pemahaman
tersebut penting karena lingkungan keuangan tersebut akan mempengaruhi
keputusan-keputusan keuangan yang diambil oleh perusahaan. Secara umum,
lingkungan keuangan tersebut berpengaruh pada
keputusan
pendanaan perusahaan dan keputusan investasi (biasanya untuk investasi j angka
pendek).
MENGAPA PASAR FINANSIAL TERBENTUK
Pasar
finansial menunjukkan pertemuan antara penawaran akan aktiva finansial (financial
assets) atau permintaan dan yang sering juga disebut sebagai sekuritas.
Aktiva finansial menunjukkan secarik kertas (surat) yang mempunyai nilai pasar
karena surat tersebut menunjukkan klaim atas aktiva riil perusahaan (misalnya
mesin-mesin, pabrik, bahan baku, barang dagangan, bahkan termasuk merek
dagang). Contoh aktiva finansial adalah saham, obligasi, utang bank, kewajiban sewa guna. Dalam suatu perekonomian,
aktiva finansial ada karena tabungan) dari berbagai individu, perusahaan, dan pemerintah, pada suatu
periode waktu berbeda dengan rencana investasi mereka pada aktiva riil.
Karena
itu, pasar finansial ada karena pasar tersebut bertujuan untuk mengalokasikan
tabungan-tabungan secara efisien kepada pemakai (pihak yang memerlukan) tabungan tersebut
di dalam suatu perekonomian. Pihak yang memerlukan tabungan tersebut adalah
pihak yang melakukan investasi pada aktiva riil yang lebih besar dari tabungan
yang mereka bisa lakukan. Pihak-pihak tersebut biasanya adalah
perusahaan-perusahaan bukan keuangan (nonfinancial corporations), sedangkan
pihak yang mempunyai tabungan yang lebih besar dari investasinya biasanya
adalah rumah tangga. Kalau pasar finansial bisa mempertemukan pihak yang
mempunyai tabungan dengan pihak yang memerlukan tabungan tersebut untuk
membiayai investasi mereka dengan biaya yang semurah mungkin danlatau kemudahan
yang setinggi mungkin maka pasar finansial tersebut dikatakan efisien.
Dalam
proses pengalokasian tabungan ke pihak yang melakukan investasi, sering
diperlukan adanya perantara (meskipun mungkin juga dilakukan langsung tanpa
perantara). Proses intermediasi (intermediation process) tersebut
memberikan dua fungsi yang penting dan mendasar. Pertama, memberikan
kesempatan bagi para penabung untuk menabung kelebihan penghasilan mereka dan
memperoleh imbalan. Dengan demikian, proses ini membantu memobilisasi dana
yang, seandainya tanpa proses intermediasi, mungkin akan menganggur. Kedua, proses
tersebut akan memindahkan risiko dari penabung ke perantara keuangan, dan/atau
ke pemakai dana. Di samping itu, lembaga-lembaga keuangan (yang mungkin berfungsi
sebagai perantara keuangan) juga akan
menjalankan fungsi yang amat penting, yaitu transformasi jangka waktu (maturity
transformation). Proses ini berarti bahwa lembaga keuangan merubah suatu instrument
keuangan jangka pendek menjadi jangka panjang. Sebagai misal, bank mungkin
banyak menerima deposito jangka pendek (yaitu jangka waktu satu tahun atau
kurang), tetapi bisa memberikan kredit jangka panjang (5-10 tahun). Bank bisa
melakukan hal tersebut disebabkan oleh dua faktor.
Pertama,
para pemodal percaya bahwa mereka bisa mengambil tabungan mereka
sewaktu mereka memerlukannya, dan karena itu mereka justru tidak segera
mengambilnya. Kedua, adanya hukum yang dikenal sebagai the law of
large
numbers. Apabila suatu lembaga keuangan mempunyai sejumlah besar penabung (depositors)
maka kemungkinan terjadi penarikan besar-besaran pada waktu yang sama akan makin kecil.
ALOKASI DANA LEWAT TINGKAT KEUNTUNGAN
Alokasi
tabungan-tabungan yang terjadi dalam suatu perekonomian terjadi terutama
berdasarkan atas "harga", yang dinyatakan dalam tingkat keuntungan
yang diharapkan. Satuan-satuan yang memerlukan dana (tabungan) tersebut harus
menawarkan harga yang lebih menarik (yaitu menawarkan tingkat keuntungan yang
lebih tinggi) untuk bisa memperoleh dana yang mereka perlukan. Apabila risiko
kita anggap sama maka satuan ekonomi yang bisa menawarkan tingkat keuntungan
yang lebih tinggi yang akan bisa menggunakan dana tersebut. Sebagai akibatnya,
tabungan-tabungan akan cenderung dialokasikan untuk pemakaian yang paling
efisien.
Dengan
demikian, perlu pula disadari bahwa proses alokasi tersebut bukan hanya
didasarkan atas tingkat keuntungan yang diharapkan, tetapi juga oleh risiko. Berbagai instrumen keuangan (seperti saham,
sertifikat deposito, obligasi) mempunyai tingkat risiko yang berbeda. Karena
itu, instrumeninstrumen tersebut harus menawarkan tingkat keuntungan (atau yield) yang berbeda. Semakin
tinggi risiko yang dirasa oleh pemodal, semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang diharapkan akan diperoleh
dari instrumen keuangan tersebut. Ini merupakan konsep pokok dalam investasi.
Di samping faktor risiko, faktor-faktor
seperti mudah tidaknya instrument keuangan diperjualbelikan (marketability) dan
jangka waktu jatuh tempo (maturity), juga akan mempengaruhi tingkat
keuntungan yang diharapkan
oleh
para pemodal. Marketability suatu instrumen keuangan diartikan sebagai kemampuan
menjual dalam jumlah besar, dalam waktu singkat, tanpa harus memberikan konsensi
harga yang terlalu besar. Semakin rendah marketability pemodal akan
cenderung menuntut tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Manajer keuangan perlu
memahami hal ini sewaktu mereka akan menerbitkan sekuritas
guna memperoleh dana yang diperlukan oleh
perusahaan.
Berapa harga sekuritas tersebut
akan ditawarkan di pasar finansial merupakan masalah pelik yang perlu
dimengerti oleh manajer keuangan.
Daftar Pustaka:
- Brigham, E. F., and houston, J. F. 2004. Fundamentals of Financial Management. Thomson Southwestern.
- Brigham, E. F., and houston, J. F. 2013. Essentials of Financial Management. Cengage Learning.
- Jones, C.P. 2004. Investments: Analysis and Management. Wiley International Edition. 9th Edition.
Terimakasih untuk postingan Manajemen Keuangannya. Sangan membatu
BalasHapusSama²🙏
BalasHapussenang bisa berbagi ilmu