DASAR - DASAR MIKROEKONOMI

Dasar-dasar Mikroekonomi





A. DASAR-DASAR MIKROEKONOMI

Mikroekonomi merupakan cabang ilmu ekonomi yang membahas perilaku ekonomi individu. Individu yang dimaksud di sini bukan hanya individu dalam arti perseorangan, namun bisa juga berarti satu buah perusahaan atau entitas bisnis lainnya. Dengan ruang lingkup individu ataupun perusahaan, dapat dikatakan bahwa ekonomi pada dasarnya merupakan ilmu mengenai pengambilan keputusan. Ilmu mikroekonomi secara umum akan menjelaskan bagaimana konsumen dapat mengalokasikan pendapatannya yang terbatas untuk membeli barang dan jasa yang tersedia di pasar. Dalam konteks yang lain, mikroekonomi juga menjelaskan bagaimana para pekerja dapat mengalokasikan waktu mereka secara baik untuk bekerja atau untuk bersenang-senang, atau antara pekerj aan yang satu dengan pekerjaan yang lainnya. Sedangkan bagi perusahaan, mikroekonomi menjelaskan bagaimana perusahaan bisa mengalokasikan sumber-sumber keuangan yang dimiliki untuk mempekerjakan karyawan tambahan daripada membeli mesin baru, atau untuk memproduksi suatu jenis
produk daripada produk lainnya. Ini semua berhubungan dengan pilihan (choice) dan pengalokasian sumber daya yang tersedia agar kita bisa memilih pilihan yang terbaik bagi kita.
Terdapat suatu istilah yang sering digunakan di dalam ilmu ekonomi, yaitu istilah trade off, yaitu beberapa kondisi yang tidak dapat terjadi secara bersamaan, dan jika kejadian yang satu terjadi maka kejadian yang lain tidak akan mungkin untuk terealisasi. Di dalam ekonomi modern, konsumen, pekerja, ataupun perusahaan mempunyai fleksibilitas dan pilihan yang lebih banyak untuk mengalokasikan sumber daya yang langka. Oleh karena itu, memahami trade-off dengan baik akan dapat mengarahkan kita untuk mencapai pilihan yang optimal. Gagasan membuat trade-off yang optimal merupakan dasar yang penting dalam mikroekonomi.

1. Konsumen


Konsumen mempunyai pendapatan (income) yang jumlahnya terbatas. Padahal dengan pendapatannya itu, ia memiliki keinginan untuk membeli beraneka ragam barang dan jasa. Selain itu, ia juga ingin menabung untuk masa depan. Teori konsumen menjelaskan bagaimana seorang konsumen, berdasarkan pref erensi mereka masing-masing, dapat memaksimumkan kesejahteraan mereka dengan cara misalnya membeli lebih banyak beberapa jenis barang tertentu dan membeli lebih sedikit untuk beberapa jenis barang yang lainnya. Dengan kata lain, konsumen tersebut berusaha untuk membuat trade-off yang optimal baginya.

2. Pekerja



Sering kali pekerja juga harus berhadapan dengan trade-off Mulai dari saat ia harus memutuskan jika dan bila ia bekerja berdasarkan tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki, dan selanjutnya. Misalnya, beberapa orang dengan tingkat pendidikan dan keterampilan tertentu mungkin akan lebih memilih untuk bekerj a di suatu perusahaan yang keamanan kerjanya lebih terjamin meskipun jenjang karier di sana tidak terlalu cepat. Sedangkan beberapa orang yang lain, mungkin akan lebih memilih untuk bekerja di perusahaan yang meskipun memiliki risiko pekerjaan yang lebih tinggi, tetapi memiliki jenjang karier dan promosi jabatan yang cepat.

3. Perusahaan


Perusahaan juga sering berhadapan dengan trade-off Situasi ini terjadi karena setiap perusahaan pasti juga akan menghadapi keterbatasan dalam bentuk jenis produk yang dapat mereka produksi, dan sumber daya yang tersedia untuk memproduksinya.
Misalnya, saja pada perusahaan mobil. Suatu perusahaan mobil tentu sangat ahli memproduksi mobil, ia tidak mempunyai kemampuan untuk membuat komputer, atau produk-produk farmasi. Dengan kata lain, perusahaan tersebut memiliki keterbatasan dalam hal sumber daya keuangan dan kapasitas produksi terkini dari pabrik-pabriknya. Dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut, perusahaan mobil ini harus memutuskan berapa banyak dari setiap jenis kendaraan yang akan diproduksinya. Apabila perusahaan ingin meningkatkan jumlah produksinya maka yang kemudian harus diputuskan adalah berapa banyak tambahan karyawan yang dibutuhkan, apakah perlu membangun pabrik baru atau tidak, atau melakukan keduanya. Masalah-masalah yang dihadapi perusahaan seperti demikian itu, akan dibahas pada teori produsen.
Dasar mikroekonomi yang penting kedua adalah mengenai peran dari harga. Semua trade-off yang telah dinyatakan sebelumnya didasarkan pada harga yang dihadapi oleh konsumen, pekerja, ataupun perusahaan. Misalnya, seorang konsumen yang melakukan trade-off antara daging sapi dengan daging ayam. Trade-off yang dilakukannya itu selain berhubungan dengan preferensinya, juga akan berhubungan dengan tingkat harga yang berlaku untuk dua jenis daging tersebut. Begitu juga bagi para pekerja. Seorang pekerja biasanya menghadapi trade-off antara bekerja atau bersenang-senang. Seperti kita ketahui, seorang pekerja memiliki ''harga'', yaitu upah yang ia peroleh saat ia bekerja. Apabila ia memilih untuk bersenang-senang maka sudah seharusnya dia memperhitungkan ''harga'' yang hilang karena ia tidak bekerja. Selanjutnya, suatu perusahaan dihadapi dengan trade-off, misalnya saat ia harus memutuskan untuk apakah mempekerjakan lebih banyak karyawan atau untuk menambah mesin maka biasanya pilihannya akan berdasarkan pada tingkat upah dan harga mesin.

4. Teori dan Model

Sama dengan ilmu pengetahuan lainnya, ilmu ekonomi juga berhubungan dengan penjelasan dan ramalan dari suatu fenomena yang diamati. Dalam ilmu ekonomi, penjelasan dan ramalan akan didasarkan pada suatu teori. Teori sendiri dikembangkan untuk menjelaskan fenomena yang diamati. Tetapi karena fenomena-fenomena yang terjadi di kehidupan nyata pasti akan bersifat sangat kompleks maka suatu teori akan memiliki aturanaturan tertentu dan sejumlah asumsi dasar. Misalnya, teori tentang perusahaan (theory of the firm). Teori ini memiliki asumsi dasar, yaitu bahwa semua perusahaan akan selalu berusaha untuk memaksimalkan keuntungan mereka masing-masing. Asumsi ini dipakai untuk menjelaskan bagaimana perusahaan sebaiknya memilih banyaknya pekerja, modal, dan bahan baku yang digunakan untuk berproduksi sejumlah output yang diharapkan. Pilihan-pilihan tersebut akan bergantung pada harga dari input ( upah pekerj a, harga
modal, harga bahan baku), dan juga harga jual output seperti yang diharapkan perusahaan.
Teori ekonomi juga merupakan dasar untuk membuat ramalan.Misalnya, terdapat suatu teori yang menyatakan bahwa saat terjadi kenaikan tingkat upah dan harga input lain tetap maka tingkat keluaran perusahaan akan rendah. Maka, dengan mengetahui teori ekonomi ditambah dengan penerapan teknik-teknik statistik dan ekonometrika, kita dapat meramalkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi jumlah output perusahaan dengan menggunakan model ekonomi.
Yang dimaksud dengan model ekonomi yaitu suatu representasi matematis dari suatu teori ekonomi. Misalnya, kita dapat mengembangkan suatu model berdasarkan data-data penjualan dan pembelian input yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Dengan menggunakan software statistika, kita dapat melakukan peramalan dengan menggunakan data-data tersebut. Kita dapat mengetahui input apa yang paling dominan mempengaruhi harga jual output.
Yang penting untuk kita ingat adalah bahwa tidak ada satu pun teori, apakah itu di dalam ilmu ekonomi, ataupun ilmu pengetahuan lainnya yang mutlak benar. Kegunaan dan validitas suatu teori bergantung dari apakah teori itu berhasil menjelaskan dan meramalkan fenomena yang terjadi di kehidupan nyata atau tidak.

5. Analisis Positif dan Analisis Normatif

Mikroekonomi menangani masalah-masalah ekonomi yang bersifat positif dan normatif. Masalah positif menyangkut penjelasan dan ramalan. Sedangkan masalah normatif menyangkut apa yang seharusnya berlaku atau terjadi.

a. Analisis positif
Analisis positif adalah analisis yang menjelaskan hubungan sebab akibat. Misalkan pemerintah Indonesia mengenakan kuota terhadap impor beras yang berasal dari luar negeri. Bagaimana hal ini akan mempengaruhi harga pangan, produksi beras, dan penjualannya?
Pertanyaan-pertanyaan yang termasuk ke dalam analisis positif misalnya seperti berikut. Apa dampak pengenaan kuota impor tersebut terhadap para konsumen Indonesia? Atau dampaknya bagi para petani? Pertanyaanpertanyaan
tersebut memiliki hubungan sebab akibat dengan pernyataan mengenai pemerintah Indonesia yang mengenakan kuota impor terhadap impor beras. ltulah yang dimaksud dengan analisis positif. Analisis positif sendiri merupakan inti dari ekonomi mikro.

b. Analisis normatif
Analisis normatif adalah analisis mengenai apa yang seharusnya dilakukan, atau mengenai kebijakan yang terbaik (normatif) karena dalam pengambilan keputusan, baik oleh swasta maupun pemerintah, pertanyaan yang dapat diajukan tidak hanya meminta penjelasan atas gejala dan peramalan yang dapat dibuat, tetapi juga tentang ''Apa yang sebaiknya
dilakukan?'' Dalam hal inilah pendekatan normatif menjadi penting.
Analisis normatif sering dilengkapi dengan value judgement. Misalnya, perbandingan antara pajak bensin dan tarif impor minyak mungkin menyimpulkan bahwa pajak bensin akan lebih mudah untuk diterapkan. Namun, dengan menerapkan pajak ini maka dampak yang lebih besar akan dirasakan oleh konsumen yang berpendapatan rendah. Oleh karena itulah,

pada titik tersebut masyarakat harus membuat value judgement, yaitu menimbang nilai efisiensi ekonomi. Diketahui bahwa apabila value judgement ikut terlibat maka mikroekonomi tidak dapat mengatakan kepada kita mengenai kebijakan mana yang terbaik. Tetapi, mikroekonomi dapat menjelaskan perkiraan trade-off-nya. Dengan demikian, mikroekonomi akan membantu menyoroti dan mempertajam perdebatan mengenai kebijakan yang dilakukan itu.

B. UNSUR-UNSUR SISTEM EKONOMI

1. Para Agen Pengambil Keputusan dalam Perekonomian

Secara umum kita bisa mengatakan bahwa terdapat tiga pihak pengambil keputusan dalam perekonomian, yaitu orang per orang (individu), perusahaan, dan pemerintah. lndividu merupakan satuan dasar dari sistemsistem sosial. Sering kali karena sifat kesatuan yang dimiliki oleh keluarga menjadikan suatu 'rumah tangga' (household) dipandang sebagai individu. Dalam buku ini, kecuali jika ditentukan lain, yang dimaksud dengan individu di sini ialah pengambil keputusan bagi orang per orang maupun satu rumah tangga.
Di samping individu, perusahaan juga merupakan pengambil keputusan yang penting dalam perekonomian. Pada hakikatnya, suatu perusahaan merupakan kumpulan sejumlah individu dan beroperasi bagi kepentingan berbagai individu yang terlibat di dalamnya. Namun demikian, sering kali kenyataan ini terlupakan. Keputusan publik, seperti penetapan pajak tertentu yang dikenakan pada perusahaan, terkadang dianggap tidak berpengaruh pada orang banyak. Sebenarnya, pajak tersebut berpengaruh pada orang banyak. Di satu sisi, pajak menurunkan laba yang diterima pemilik usaha; akibatnya para pekerja mungkin akan menerima upah yang lebih rendah; di sisi lain, konsumen produk yang dihasilkan mungkin akan membayar lebih tinggi. Tetapi, di sisi yang lain lagi, pajak yang dibayarkan memungkinkan pemerintah menolong kelompok lain dalam masyarakat. Para ekonom berpandangan bahwa akan lebih mudah untuk memandang perusahaan sebagai suatu kumpulan berbagai individu demi tujuan produksi, yakni melakukan konversi berbagai masukan sumber daya (resource inputs) menjadi output berupa barang atau jasa.
Agen ekonomi yang ketiga adalah pemerintah. Seperti halnya perusahaan, pemerintah juga merupakan suatu pengelompokan yang artifisial sifatnya. Sebabnya ialah bahwa yang disebut sebagai pemerintah dari sudut pandang ekonomi merupakan kumpulan dari individu. Namun demikian, berbeda dari perusahaan, pemerintah memiliki kekuatan hukum untuk mengambil mengubah kepemilikan secara sepihak (seperti pemajakan contohnya). Pemerintah menghasilkan pula berbagai macam barang dan jasa, tetapi berdasarkan proses politik ketimbang ekonomi/pasar. Lebih penting lagi, pemerintah menetapkan aturan main dan kerangka kerja bagi berjalannya seluruh perekonomian.
Dalam kenyataannya, suatu perekonomian juga memuat sejumlah agen/ pelaku ekonomi lain. Serikat pekerja dan asosiasi pengusaha, misalnya, merupakan organisasi-organisasi yang menyatukan para produsen (serikat pekerja dalam hal ini dapat dipandang sebagai kesatuan produsen jasa tenaga kerja). Di samping itu, terdapat pula kelompok-kelompok yang terbentuk secara suka rela seperti klub, yayasan, lembaga-lembaga agama, dan sejenisnya. Dalam kelompok-kelompok ini, para individu bergabung demi pilihan-pilihan kolektif tertentu.


2. Batas Kemungkinan Produksi: Kelangkaan, Pilihan, Biaya Kesempatan (Opportunity Cost), dan Aktivitas Ekonomi

Sumber dari semua persoalan ekonomi adalah kelangkaan (scarcity). Kelangkaan membatasi perilaku baik setiap individu maupun masyarakat secara kolektif. Kelangkaan berarti bahwa kita tidak memiliki dan tidak dapat memperoleh cukup pendapatan atau kekayaan untuk memuaskan segala keinginan yang biasanya tidak terbatas. Dengan demikian, adanya
kelangkaan memaksa kita untuk membuat keputusan ekonomi, yakni melakukan pilihan. Orang dapat memilih antara bekerja atau bersekolah. Perusahaan dapat memilih antara menambah modal atau berutang. Pemerintah harus memilih antara membangun jembatan atau mendirikan rumah sakit. Pilihan-pilihan yang dibuat tidak hanya dibatasi oleh sumber daya ekonomi. Beberapa hal lain yang dapat membatasi pilihan antara lain ialah pengaruh politik, hukum, tradisi, dan pertimbangan moral. Faktor-faktor nonekonomi ini tidak akan banyak dibahas dalam buku ini karena fokus
perhatian kita ialah pada faktor-faktor ekonomi.
Sebelum lebih jauh membahas tentang kelangkaan, kita akan bahas terlebih dahulu sumber daya-sumber daya yang penting dalam studi mikroekonomi. Sumber daya didefinisikan sebagai masukan atau faktor dan digunakan dalam proses produksi. Sumber daya dapat diklasifikasikan dengan berbagai macam cara, namun secara umum dalam ekonomi terdapat tiga kategori besar sumber daya meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya kapital.
Sumber daya alam mencakup baik tanah sebagai lahan sebagai lokasi kegiatan produksi dilakukan maupun kandungan mineral/barang tambang yang terdapat di dalamnya. Dalam pengertian yang luas, sumber daya alam bahkan mencakup pula yang terdapat di atas permukaan tanah termasuk iklim, topografi, dan kesuburan tanah. Kegiatan produksi dalam industry pengolahan memanfaatkan tanah lebih sebagai lokasi kegiatan. Sedangkan industri pertanian maupun pertambangan memanf aatkan kesuburan atau kandungan mineral di dalamnya.
Untuk menghasilkan barang maupun jasa, sumber daya manusia harus dipergunakan. Sumber daya ini mencakup sumbangan tenaga maupun pemikiran sebagai kontribusi produksi yang dilakukan oleh para individu ketika mereka bekerja. Sering kali dalam pengertian tentang sumber daya manusia dimasukkan pula gagasan/ide tentang kewirausahaan. Kewirausahaan menjadi penting bagi tumbuhnya perusahaan. Jelas bahwa kewirausahaan, sebagai suatu jenis sumber daya manusia langka sifatnya. Tidak semua orang mau mengambil risiko atau mampu membuat berbagai
keputusan bisnis yang tepat.
Setiap barang atau jasa yang dihasilkan dari sumber daya yang langka juga merupakan sesuatu yang langka. Karena itulah kemudian muncul pengertian tentang barang-barang ekonomi, yakni basil dari penggabungan berbagai sumber daya yang langka di dalam proses produksi. Mudah untuk melihat bahwa jumlah semua barang yang dihasilkan selalu lebih kecil
daripada jumlah barang yang diminta atau diinginkan. Namun demikian, tidak semua barang merupakan barang ekonomi. Beberapa barang merupakan barang bebas. Barang bebas didefinisikan sebagai barang yang tersedia di alam dan dapat dikonsumsi segera dengan harga nol. Meskipun demikian, jenis barang bebas diketahui semakin berkurang dari waktu ke waktu.
Untuk melihat bagaimana akibat dari kelangkaan terhadap suatu perekonomian, suatu diagram yang disebut sebagai batas kemungkinan produksi (production possibility frontier) akan digunakan (lihat Gambar 1.1). Diagram ini menggambarkan berbagai jumlah dua jenis barang yang dapat diproduksi oleh suatu perekonomian selama suatu periode tertentu. Digambarkan hanya dua jenis barang dalam diagram tersebut merupakan penyederhanaan dari dunia nyata. Yang ingin ditunjukkan di sini ialah bagaimana kelangkaan berhubungan dengan pilihan dan keputusan ekonomi.
Diagram tersebut menggambarkan kombinasi produksi makanan dan pakaian yang dapat dihasilkan dengan sumber daya yang tersedia dalam perekonomian. Sebagai contoh, perekonomian tersebut dapat menghasilkan 7 ,5 unit makanan dan 2 unit pakaian dalam periode satu minggu; atau 7 ,25 unit makanan dan 3 unit pakaian dalam periode yang sama.
Jika kombinasi yang dihasilkan terletak di sisi dalam ( atau sebelah kiri bawah) kurva batas produksi maka perekonomian bekerja tidak dalam kapasitas penuh karena ada sumber daya yang masih belum termanfaatkan. Sebagai contoh jika dihasilkan 2 unit pakaian dan hanya 4 unit makanan. Di sisi lain, kombinasi di luar (sebelah kanan atas) batas produksi, tidak dapat dihasilkan karena tidak tersedia sumber daya untuk itu. Contohnya, jika ingin dihasilkan 2 unit pakaian dan 9 unit makanan. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa akibat terbatasnya sumber daya yang tersedia, harus dibuat
pilihan atas produksi yang ingin dihasilkan.


Batas Kemungkinan Produksi

Kurva batas produksi juga memperlihatkan suatu konsep penting lain dalam ekonomi, yakni konsep biaya kesempatan (opportunity cost). Dalam Gambar di atas andaikan bahwa perekonomian memproduksi 7 ,5 unit makanan dan 2 unit pakaian pada titik A. Jika kemudian diputuskan untuk menambah satu unit pakaian maka akan muncul ''biaya'' sebesar 0,25 unit makanan. Artinya, peningkatan produksi pakaian sebesar 1 unit akan menurunkan produksi makanan sebesar 0,25 unit. Maka dikatakan bahwa opportunity cost 1 unit pakaian di titik A ialah sebesar 0,25 unit makanan. Sebaliknya, andaikan perekonomian pada mulanya menghasilkan 7 unit pakaian dan 4,5 unit makanan di titik B. Sekarang untuk meningkatkan produksi pakaian sebesar 1 unit akan mengorbankan produksi makanan sebesar 2 unit. Jadi, opportunity cost untuk menghasilkan tambahan 1 unit pakaian kini telah naik dari 0,25 unit makanan di titik A menjadi 2 unit makanan di titik B.
Satu gagasan penting yang baru diperkenalkan pada paragraf di atas ialah konsep imbalan yang menurun (diminishing return). Dalam gagasan ini, hendak dikemukakan bahwa berapa besar opportunity cost yang terlibat ditentukan oleh tingkat produksi masing-masing jenis barang. Selain itu, hendak ditunjukkan pula bahwa menghasilkan lebih banyak suatu jenis barang tertentu berarti mengurangi produksi jenis barang lain. Gagasan terakhir ini merupakan penerapan langsung dari konsep kelangkaan.
Sampai sejauh ini kegiatan ekonomi yang lebih banyak dibahas masih terbatas pada kegiatan produksi. Produksi, seperti pada contoh diagram di atas, merupakan salah satu kegiatan pokok ekonomi. Kegiatan produksi dapat dilakukan baik oleh berbagai individu (yakni secara perorangan), maupun oleh perusahaan. Biasanya produksi dibayangkan sebagai kegiatan mengubah input menjadi berbagai output siap pakai atau transformasi sumber dayasumber daya menjadi barang/jasa yang dapat dikonsumsi. Lebih mendasar lagi, produksi merupakan setiap kegiatan yang menambah jumlah
keseluruhan beberapa jenis barang/jasa. Perlu diingat bahwa di sini konsep opportunity cost tetap berlaku, yakni dengan menambah jumlah barang/jasa tertentu itu berarti hilangnya kesempatan untuk menghasilkan jenis barang/ jasa lainnya.
Produksi dapat merupakan perubahan bentuk fisik seperti konversi kulit dan sumber daya manusia menjadi sepatu. Namun demikian, produksi dapat pula berarti transformasi melalui ruang atau melalui waktu. Sebagai contoh, pengapalan jeruk Pontianak dari Kalimantan Barat ke DKI Jakarta merupakan transf ormasi melalui ruang.
Selain produksi, kegiatan pokok ekonomi juga meliputi konsumsi dan pertukaran (exchange). Dalam keputusan konsumsi individu memilih barang/j asa yang paling disukai, dengan mempertimbangkan harga barang/ jasa tersebut dan pendapatan yang diterima. Dapat dikatakan bahwa barang/jasa merupakan objek pilihan bagi keputusan konsumsi. Jenis
aktivitas pokok yang ketiga ialah pertukaran. Bagi individu yang terlibat, pertukaran juga merupakan suatu konversi, yakni sejumlah objek tertentu dengan objek-objek lainnya. Tetapi, secara sosial pertukaran dibedakan dari produksi karena jumlah keseluruhan komoditas yang ada dalam perekonomian tidak berubah dengan pertukaran.


3. Aliran Melingkar: Suatu Bentuk Organisasi Sosial

Bagaimana hubungan antara berbagai agen ekonomi dan aneka kegiatan ekonomi yang diutarakan di atas bekerja dalam suatu perekonomian? Dalam suatu dunia yang disederhanakan, yakni hanya melibatkan dua macam agen ekonomi: rumah tangga dan perusahaan, hubungan tersebut dapat digambarkan seperti dalam Gambar 1.2. Baik rumah tangga dan perusahaan masing-masing memiliki dua aspek, dan karena itu bertransaksi satu sama lain dengan dua cara yang berbeda. Rumah tangga mengonsumsi barang dan jasa, sementara perusahaan menghasilkan barang dan jasa. Oleh karena itu, dalam diagram ditunjukkan pada sisi atas, aliran barang dan jasa dari perusahaan ke rumah tangga. Agar produksi barang dan jasa dapat terjadi maka haruslah terdapat aliran sumber daya dari rumah tangga pada perusahaan. Aliran ini ditunjukkan pada sisi bawah diagram.


Aliran Melingkar Aktivitas Ekonomi

Sebagai imbalan atas barang dan jasa yang diterima rumah tangga memberikan pembayaran berupa financial payment, yang umumnya merupakan pembayaran dalam bentuk mata uang. Jadi, pengeluaran rumah tangga menjadi penerimaan (revenues) bagi perusahaan. Pertukaran antara barang konsumsi dan pembayaran uang oleh rumah tangga dan perusahaan ini terjadi pada pasar produk.
Penerimaan sebagai hasil dari penjualan pada rumah tangga memungkinkan perusahaan membeli berbagai sumber daya dari pemilik sumber daya. Pembayaran atas sumber daya yang digunakan untuk proses produksi menjadi pendapatan bagi rumah tangga. Pendapatan ini memungkinkan rumah tangga untuk membeli barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Pembelian dan penjualan berbagai sumber daya itu terjadi pada pasar faktor.
Pengorganisasian masyarakat berdasarkan aktivitas ekonomi di atas merupakan salah satu bentuk organisasi sosial yang disebut sebagai system pasar atau sistem harga. Dalam sistem seperti ini, sumber daya-sumber daya cenderung 



Daftar Pustaka :
- Bishop, M. (2004). Essential economics, London: The Economist Newspaper Ltd.
- Hirshleifer, J., & Glazer, A. (1992). Price theory and applications (edisi kelima). Singapura: Simon & Schuster.
- Parkin, M. (2008). Economics (edisi kedelapan). Boston: Pearson Addison Wesley International Edition.
- Pindyk, R.S., & Rubenfeld, D.L. (2005). Microeconomics (edisi keenam). New Jersey: Prentice Hall International Edition.

0 Response to "DASAR - DASAR MIKROEKONOMI"

Posting Komentar

Pengikut