KONSEP DASAR MANAJEMEN

KONSEP DASAR MANAJEMEN


PENGERTIAN MANAJEMEN


1.       Definisi Manajemen

Secara sederhana manajemen berorientasi kepada dua hal, yaitu mengawasi orang bekerja dan mengurus uang. Sehingga manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan mengawasi/mengatur orang bekerja dan mengurus / mengatur administrasi keuangan dengan baik. Manajemen yang baik baru dapat dicapai jika diterapkan dengan tegas dan disiplin, agar usaha yang dilakukan dapat berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

2.       Pendapat Para Ahli

Manajemen merupakan konsep yang paling sering diperbincangkan di dunia akademis maupun di dunia bisnis atau dunia praktis. Dengan kata lain makna manajemen dapat dipahami melalui dua hal, yaitu teori dan praktik manajemen. Hal yang bersifat teoretis berpijak pada pandangan tentang aspek tertentu dari organisasi, antara lain tentang efektivitas, pencapaian tujuan, pengambilan keputusan, efisiensi, keseimbangan, interaksi antara
organisasi dan lingkungan sekitarnya, dan sebagainya. Di lain pihak praktik manajemen memandang organisasi sebagai sebuah sistem terbuka. Melalui citra seperti ini manajemen dimaknai sebagai suatu proses mengkoordinasi
dan mengintegrasi kegiatan-kegiatan kerja sehingga dapat dirampungkan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain (Robbins dan Coulter, 2005).
Di dalam definisi tersebut ada beberapa aspek penting yang perlu dicermati, yaitu:
a.        Manajemen adalah sebuah proses. Kegiatan kerja yang dikoordinasi dan diintegrasi merupakan fungsi-fungsi manajemen; mencakup perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian.
b.       Dasar manajemen adalah PIRO, yakni People, Ideas, Resources dan Objectives.
c.        Proses dalam mengintegrasi dan mengkoordinasi kegiatan kerja itu haruslah efisien. Artinya pengerahan sumber daya harus dilakukan dengan biaya yang seminimum mungkin. Ini yang lazimnya dipahami sebagai efisiensi atau doing things right dan tidak memboroskan sumber daya. Sumber daya yang penting adalah man, materials, methods, money, technology, information dan organization.
d.       Manajemen mengarah kepada pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu efektivitas merupakan hal yang penting. Efektivitas atau doing the right things menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
e.       Pencapaian tujuan terlaksana dengan dan melalui orang lain. Ini berarti ada sejumlah peran dan kemahiran manajemen yang dipersyaratkan untuk diwujudkan. Peran manajemen yang dimaksud ialah peran interpersonal, peran informasional, dan peran keputusan. Selanjutnya kemahiran manajemen mencakup kemahiran konseptual, kemahiran berperilaku dan kemahiran teknis.

Manajemen berasal dari bahasa Perancis lama yaitu menagement, yang berarti seni melaksanakan dan mengatur yaitu sebuah proses kepemimpinan dan pengaturan seluruh atau sebagian dari suatu organisasi, atau bisnis, melalui pemanfaatan atau pengaturan sumber daya (sumber daya manusia, material, kepandaian dan lain-lain). Kebanyakan buku manajemen yang pernah terbit menyatakan bahwa manajemen berasal dari kata bahasa Inggris to manage yang berarti mengelola atau mengatur. Williams (2001) berpendapat bahwa secara tradisional pengertian manajemen adalah menjalankan fungsi merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan (planning, organizing, leading, and controlling).
-          Merencanakan                     : adalah menentukan sasaran organisasi dan sarana untuk mencapainya.
-          Mengorganisasikan              : adalah menetapkan di mana keputusan akan dibuat, siapa yang akan melaksanakan tugas dan pekerjaan, dan siapa bekerja untuk siapa, dalam perusahaan.
-          Memimpin                            : adalah memberi inspirasi dan motivasi karyawan untuk bekerja keras dalam mencapai sasaran organisasi.
-          Mengendalikan                    : adalah mengawasi kemajuan pencapaian sasaran dan mengambil tindakan koreksi bilamana kemajuan tidak tercapai.
Menurut Follett dalam Stoner (1996) memberikan pengertian manajemen sebagai "Seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan melalui orang lain". Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuantujuan
organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan atau dengan kata lain para manajer tidak melakukan tugas-tugasnya sendiri. Sedangkan Stoner (1995) memberikan definisi manajemen sebagai suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usahausaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Stoner (1995) berpendapat bahwa manajemen adalah suatu proses bukan seni. Proses adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen dikatakan sebagai proses karena semua manajer, tanpa mempedulikan kecakapan atau keterampilan khusus mereka, harus melaksanakan kegiatankegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan-tujuan yang mereka inginkan (Handoko, 1996). Siagian (1992) mengemukakan bahwa manajemen adalah “kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan orang lain".
Secara umum manajemen dapat diartikan sebagai seni dan ilmu yang mempelajari bagaimana mengelola manusia dan material untuk mencapai tujuan. Sebagai alat pelaksana dari administrasi, manajemen diperlukan agar
tujuan organisasi dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan. Keterkaitan antara manajemen dengan administrasi diterangkan oleh Siagian (1992) sebagai berikut: ”Manajemen merupakan inti dari administrasi karena
memang manajemen merupakan alat pelaksana utama dari administrasi." Henry Fayol dalam Handoko (1996) mengemukakan aspek-aspek manajemen sebagai “planning, organizing, commanding, coordinating, dan
controlling”. Fokus dari manajemen adalah bagaimana sebuah organisasi dikelola dan bagaimana manajer membantu organisasi dalam menentukan tujuan. Williams (2001) menambahkan bahwa walaupun para manajer saat ini masih melakukan fungsi manajemen tradisional namun mereka sebenarnya sudah melakukan langkah baru, yaitu: membuat sesuatu terjadi; menghadapi persaingan; mengorganisasi orang banyak, proyek dan proses; dan memimpin (making things happen; meeting the competition; organizaing people, project, and process; and leading). Untuk dapat “membuat sesuatu terjadi”, seorang manajer harus menentukan apa yang ingin dicapai, merencanakan bagaimana mencapai sasaran ini, mengumpulkan dan mengelola informasi yang diperlukan untuk menghasilkan keputusan yang tepat, dan mengendalikan kinerja sehingga manajer dapat mengambil tindakan

perbaikan apabila kinerja menurun. Pada saat perusahaan “menghadapi persaingan” maka ia harus mempertimbangkan ancaman dari pesaing internasional, harus jeli terhadap strategi persaingan, harus dapat menerima perubahan, membantu pertumbuhan produk baru dan gagasan pelayanan baru, serta menata organisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan cepat terhadap pesaing dan pelanggan yang terus berubah. Sedangkan fungsi manajemen “mengorganisasi orang, proyek, dan proses” adalah fungsi mempertimbangkan masalah manusia dan proses kerja untuk memuaskan pelanggan dan menghasilkan produk unggulan. Fungsi “memimpin” akan membuat para manajer selalu disukai setiap karyawannya apabila mereka selalu memperhatikan dan memberikan penghargaan terhadap pekerjaan dan prestasi karyawan. Atas dasar uraian di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen dapat didefinisikan sebagai pekerja dengan orangorang untuk menentukan, menginterpretasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melaksanakan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusun personalia atau karyawan (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling).
Arti Manajemen

MANAJEMEN DAN MANAJER

1.       Peran Manajemen

Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada pengelolaan fungsi-fungsinya secara efektif. Para pengelola organisasi menyadari bahwa yang biasa disebut manajer (manager) dapat diumpamakan seorang nakhoda kapal yang akan menentukan jalan berdasarkan pedoman yang dipegang untuk menuju sasaran. Namun mengelola organisasi tidaklah sesederhana itu. Mengelola organisasi membutuhkan banyak keterampilan, kemampuan, dan
sikap yang akan membuat organisasi tersebut tidak hanya bergerak melainkan juga berkembang, inovatif, kreatif, menguntungkan, kompetitif, dan berorientasi global. Organisasi yang berorientasi global adalah organisasi
yang memenuhi tuntutan sesuai zaman saat ini. Organisasi yang mendominasi pasar lokal akan segera ambruk jika para pengelolanya tidak mampu melihat pesaing asing yang datang dengan segala teknologi dan sistem terbarunya. Organisasi lokal boleh saja hanya berkeinginan menguasai pasar lokal tetapi pengelola tetap harus selalu waspada, inovatif, dan kompetitif dalam memberikan pelayanan dan penjualan produknya. Kunci sukses pengembangan dan prestasi manajemen adalah para manajer. Oleh karena itu mereka harus mampu menguasai keilmuan, kepekaan, dan pengalaman menganalisis lingkungan persaingan serta menjalankan fungsi-fungsi manajemen, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dari kegiatan operasional sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. Di samping itu mereka juga harus mampu menjalankan rekayasa ulang, ketergantungan manajemen terhadap karyawan strategik, diversitas, etika, kualitas, organisasi belajar, kewirausahaan, manajemen dalam globalisasi, manajemen menembus dunia, kiat manajemen mengakuisi dan merger dengan perusahaan lain dan sebagainya. Perlu diingat bahwa organisasi yang sedang tumbuh saat ini
adalah organisasi di era globalisasi. Suka atau tidak suka, semua akan menghadapi globalisasi. Pandanglah globalisasi dengan sikap positif walaupun sebagian orang mengatakan bahwa hal itu merupakan usaha kaum
kapitalis barat menguasai perdagangan dunia. Jika kita siap dengan kemampuan dan usaha yang maksimal maka globalisasi dapat menjadi milik kita, bukan mereka.

2.       Peran Manajemen dalam Organisasi dan Perusahaan

Penjelasan tentang peran manajemen dalam organisasi dan perusahaan sangat erat kaitannya dengan pemahaman dan pengertian definisi dan ciri organisasi, hubungan organisasi dan peran manajemen. Organisasi adalah sekumpulan orang yang bersepakat secara sadar untuk bergabung dalam suatu kelompok dengan sejumlah ikatan tertentu, yang menetapkan tujuan-tujuan tertentu dan berupaya mencapai tujuan tersebut. Apabila kita meneliti definisi tersebut lebih jauh, maka kita dapat melihat beberapa ciri pokok organisasi, yaitu:
a.        Terdiri dari sekumpulan orang
b.       Dengan kesadaran dalam arti sengaja dan mengerti benar seseorang berada di situ
c.        Setuju diikat dengan berbagai peraturan organisasi dan pemerintah
d.       Sepakat berkelompok untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu
e.       Memiliki aturan tertentu yang harus disepakati dan ditaati bersama untuk mencapai tujuan
f.         Melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut

Organisasi tidak dapat terbentuk jika yang melakukan hanyalah seorang diri saja. Seseorang yang berprofesi sebagai calo tiket pesawat terbang yang ia kelola sendiri maka ia dan usahanya tidak dapat digolongkan sebagai sebuah organisasi. Namun apabila ia ternyata sukses kemudian membuka suatu agen perjalanan serta mempekerjakan sejumlah orang dengan cita-cita yang sama yaitu sukses bersama, maka usaha tersebut dapat dikategorikan sebagai suatu organisasi walaupun bentuknya masih bersifat sederhana. Pada umumnya perusahaan merupakan sebuah organisasi karena pengelolaannya dilaksanakan oleh beberapa atau banyak orang. Di samping
itu, setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat dianggap telah bersepakat melakukan pekerjaan tertentu untuk mencapai tujuan perusahaan. Ketika anda melamar pekerjaan di suatu perusahaan, tentu Anda akan ditanya
apakah Anda akan loyal dan dapat memenuhi tugas yang dibebankan kepada Anda. Tentu saja Anda akan menyatakan bahwa Anda akan memenuhi tuntutan perusahaan karena ingin diterima bekerja di perusahaan tersebut. Jadi bolehlah kita ambil sebuah kesimpulan, yaitu bahwa begitu banyak kegiatan yang tidak dapat digolongkan sebagai suatu organisasi karena dilakukan oleh satu orang walaupun tujuannya adalah mencari keuntungan. Namun pada umumnya perusahaan dapat dikatakan sebuah organisasi karena telah memenuhi syarat-syarat sebagai sebuah organisasi.

3.       Manajemen sebagai Ilmu dan Seni

Manajemen tidak dapat dikatakan ilmu semata-mata. Manajemen akan berdampak efektif dan efisien jika dijalankan oleh orangorang profesional. Jadi, manajemen membutuhkan sentuhan orang yang memiliki kiat khusus, strategi jitu, perasaan halus, intuisi tinggi, pengendalian emosi, intelegensi tinggi, jiwa motivator, kreatif, inovatif, komunikatif, dan lain-lain. Oleh karena itu banyak orang setuju bahwa manajemen juga sebagai suatu seni. Sentuhan seperti itu akan membuat manajemen menjadi dinamis, kreatif, berkemampuan sebagai problem solver, dan dapat membuat suatu organisasi lebih unggul daripada organisasi lain yang mungkin hanya dijalankan setengah hati dan kurang memiliki orangorang yang profesional. Dengan demikian manajemen merupakan ilmu dan juga seni. Suatu organisasi akan berhasil apabila dikelola melalui proses yang sistematis dan mampu mengendalikan individu yang terlibat di dalamnya sehingga mereka dapat bekerja secara maksimal untuk mencapai tujuan. Di sini tampak bahwa ilmu dan seni dapat disatukan dalam meraih suatu tujuan yang dikehendaki.

4.       Mengapa perlu Teori dan Teknik Manajemen?

Dari sejumlah pendapat yang muncul setidaknya kita dapat menyebutkan tiga alasan perlunya manusia menggunakan teori dan teknik manajemen, yaitu untuk meningkatkan efisiensi, mengkristalkan sifat manajemen,
mencapai tujuan sosial. Berikut adalah uraiannya.
Dari pengembangan ilmu manajemen yang dikemukakan oleh Taylor telah terungkap bahwa manajemen diperlukan untuk melakukan efisiensi kerja dan mengoptimalkan hasil. Para ahli lain juga telah membuktikan
bahwa jika perusahaan menerapkan prinsip dan teknik manajemen maka efisiensi manajerial pasti akan menjadi lebih baik, apalagi jika para manajernya menggunakan garis pedoman yang dibuat dalam tahap
perencanaan untuk membantu memecahkan berbagai masalah. Pada masa globalisasi ini perusahaan yang paling efisien cenderung dapat bertahan lebih lama dan dapat lebih kompetitif dibandingkan dengan perusahaan yang boros dan tidak memiliki perencanaan matang. Seseorang yang kurang memahami atau hanya sebagian saja mengerti manajemen, sulit baginya untuk dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Oleh karena itu pemahaman tentang konsep, prinsip, dan teknik manajemen harus tuntas dan komprehensif. Pengkristalan pemahaman akan membuat seseorang mudah melakukan analisis pekerjaan manajerial. Keberhasilan suatu perusahaan atau negara dalam mengkoordinasikan semua usaha manusia sehingga segalanya dapat lebih efektif dan efisien, akan membuat perusahaan atau negara tersebut menjadi lebih makmur. Kesejahteraan yang disebabkan oleh kepandaian perusahaan atau Negara mengelola sumber daya yang terbatas menunjukkan perusahaan atau Negara tersebut memiliki tingkat kualitas manajerial yang tinggi.

5.       Hubungan antara Organisasi dengan Peranan Manajemen

Orang-orang yang terlibat di dalam sebuah organisasi memiliki karakter yang berbeda-beda, mengerjakan pekerjaan dengan dorongan dan tujuan yang berbeda, dan memiliki latar belakang pendidikan dan mungkin budaya yang berbeda. Peran manajemen dan manajer dibutuhkan untuk menjaga dinamika perusahaan/organisasi agar tetap stabil, berkembang. Dan melalui manajemen dan manajerlah pencapaian tujuan organisasi perusahaan dapat terlaksana sesuai harapan.

6.       Apa, Siapa, Mengapa, dan Bagaimana Peran Manajer?

Manajer adalah anggota organisasi yang mengawasi dan mengarahkan pekerjaan anggota lain. Di dalam perkembangannya kemudian, manajer diartikan sebagai seorang anggota organisasi yang memadukan dan mengkoordinasikan pekerjaan orang lain. Hal ini berarti bahwa manajer bertanggung jawab langsung atas sekelompok orang di sebuah divisi perusahaan atau dapat berarti menyelia atau mensupervisi satu orang saja.
Manajer zaman dahulu menyesuaikan diri dengan struktur organisasi, garis wewenang, peraturan, dan tujuan-tujuan yang ditentukan perusahaan untuk dirinya. Ganjaran atau penghargaan (reward) diperoleh dari organisasi
dan bukan dari pertimbangan bahwa ia memiliki kemampuan tertentu, telah memberikan jasa luar biasa kepada organisasi, atau memiliki jenjang pendidikan tertentu yang layak memperoleh ganjaran lebih baik daripada
rekan sesama manajer. Itu ciri dari manajer zaman dahulu. Manajer zaman sekarang pada umumnya menganggap dirinya seorang profesional, baik secara teknis maupun manajerial. Ia bekerja pada suatu perusahaan untuk
memperoleh pendapatan dan keamanan hidup, dengan sukarela pula ia bekerja dalam bidang yang ia pilih sendiri. Sedangkan manajer sekarang sangat mudah berpindah dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Artinya
ia tidak taat kepada perusahaan melainkan mengikuti penawaran gaji yang ia anggap memadai dan sesuai dengan kualifikasinya. Ganjaran dianggap memadai jika sesuai dengan jasa yang ia berikan kepada perusahaan, prestasi
kerja yang telah ia tunjukkan, sumbangsih kepada bidang keilmuannya, atau adanya rasa hormat dari rekan kerja dalam bidangnya. Keterikatannya hanya pada karier yang dipilihnya. Dengan kecenderungan seperti ini maka tuntutan kepada mereka pun dari waktu ke waktu menjadi semakin besar. Di antara para manajer timbul persaingan kompetensi dan jaringan. Mereka yang unggul dalam penguasaan keilmuannya serta memiliki networking yang lebih baik, dapat dengan mudah pindah dari satu perusahaan ke perusahaan lain mencari ganjaran tertinggi dan kepuasan kerja maksimal. Kecenderungan atau trend seperti ini juga menguntungkan bagi perusahaan. Dengan adanya kompetisi ketat maka perusahaan dapat menuntut para manajer untuk berprestasi maksimal.
Umumnya perusahaan memberikan empat tantangan, yaitu :
1.       menghasilkan produk lebih banyak, lebih murah, lebih menarik, lebih baik, lebih ramah lingkungan, dan lebih berselera global
2.       memperbaiki lingkungan hidup dan kondisi lainnya
3.       menyesuaikan diri dengan setiap perubahan besar dalam lingkungan global
4.       menyesuaikan diri dengan setiap kondisi ekonomi, politik dan social negara sendiri.

7.       Jenis-jenis Manajer

Banyak cara orang mengklasifikasikan manajer untuk melihat kemampuan utama seorang manajer. Namun bukan berarti pembedaan atau pengklasifikasian itu berlaku statis atau kaku tetapi hal ini hanyalah untuk memahami kelebihan seseorang ketika menjadi seorang manajer. Pengklasifikasian manajer dapat dilakukan dengan melihat mereka pada tingkatan dalam organisasi yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu (Handoko, 1996):
a.       Manajer lini – pertama. Tingkatan paling rendah dalam suatu organisasi yang memimpin dan mengawasi tenaga-tenaga operasional, disebut manajemen lini/garis – pertama (first line) atau first level). Para manajer ini sering disebut dengan manajer kantor, penyelia jasa, manajer departemen. Sebagai contoh adalah penyelia teknik dalam suatu departemen riset.
b.       Manajer menengah. Manajemen menengah dapat meliputi beberapa tingkatan dalam suatu organisasi. Para manajer menengah membawahi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan para manajer lainnya dan kadangkadang juga karyawan operasional. Sebutan lain bagi manajer menengah adalah general manajer, manajer pabrik, mandor wilayah, divisi manajer Sebagai contoh adalah manajer wilayah yang membawahi beberapa kepala divisi wilayah.
c.        Manajer puncak. Klasifikasi manajer tertinggi ini terdiri dari sekelompok kecil eksekutif. Manajemen puncak bertanggung jawab atas keseluruhan manajemen organisasi dan bertanggung jawab menciptakan kondisi penting untuk melakukan perubahan. Sebutan khas bagi manajer puncak adalah pimpinan eksekutif (CEO) atau pimpinan oposisi (COO), wakil presiden.
 Tingkatan-tingkatan manajemen dalam suatu organisasi dapat pada Gambar 1.2
Tingkatan manajer dalam suatu organisasi

Perbedaan tingkatan manajemen akan membedakan pula fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan. Ada dua fungsi utama manajemen yaitu manajemen administratif dan manajemen operatif. Manajemen administratif
lebih berurusan dengan penetapan tujuan dan kemudian perencanaan, penyusunan kepegawaian, dan pengawasan kegiatan-kegiatan yang terkodinasi untuk mencapai tujuan. Sedangkan manajemen operatif lebih
mencakup kegiatan memotivasi, supervisi, dan komunikasi dengan para karyawan untuk mengarahkan mereka untuk mencapai hasil-hasil secara efektif. Pada tingkatan manajemen rendah, para manajer akan banyak melaksanakan fungsi manajemen operatif. Semakin tinggi tingkatannya, mereka menjadi lebih terlibat dengan manajemen administratif. Tentu saja tidak ada posisi manajemen yang hanya melaksanakan salah satu, operatif atau administratif, semua tingkatan mempunyai kedua unsur tersebut.


Perbedaan Manajer Administratif dan Operatif dalam Melaksanakan Fungsi-Fungsi Manajemen
Seseorang dapat dikatakan sebagai manajer agresif progresif apabila ia memiliki pandangan jauh ke depan, memiliki ide dan gagasan luar biasa, serta mengutamakan teknologi. Manajer jenis ini ketika berada dalam
organisasi berusaha mendapatkan pertumbuhan dan perubahan organisasi. Namun apabila organisasi Anda sedang sakit maka organisasi Anda tidak membutuhkan manajer seperti ini. Organisasi Anda membutuhkan seorang manajer kondusif yang akan membawa organisasi ke arah kestabilan normal.
Cara lain mengklasifikasikan manajer adalah dengan melihat kemampuan manajer ketika memperhatikan dan mengendalikan bawahan. Manajer seperti ini dapat bersifat otoriter atau partisipatif. Manajer partisipatif bersifat selalu menghargai pendapat bawahan, lebih banyak mendengarkan daripada berbicara, dan mencari solusi dari pengalaman bawahan karena ia menyadari bahwa bawahan lebih mengetahui masalah  daripada atasan. Kadangkala manajer partisipatif juga memberikan wewenang kepada karyawan untuk mengambil keputusan mereka sendiri dan mengimplementasikan gagasan-gagasan mereka sendiri. Oleh karena itu, menampung keluhan, ide, saran, ataupun gagasan adalah jalan yang sering ditempuh manajer jenis ini. Sebaliknya, seorang manajer otoriter adalah manajer yang sering ikut campur dalam berbagai hal yang terjadi, sering memegang rahasia, dan lebih suka memberi tahu daripada bertanya.
Seorang manajer juga dapat diklasifikasikan sebagai manajer lima C, yaitu manajer cash (uang tunai), crisis (krisis), conflict (konflik), cool (tenang), dan change (perubahan).
a.        Cash Manager sering berfokus pada biaya dan anggaran hingga kepada tingkat finansial perusahaan. Manajer seperti ini lebih senang menghindari risiko dan lebih mencari kestabilan ketimbang peluang. Ia lebih baik memperbaiki teknologi daripada menggantinya dengan yang baru. Ia lebih berpikir kepada mencari keuntungan jangka pendek dan bukannya persaingan jangka panjang.
b.       Crisis Manager adalah manajer yang mirip dengan cash manager dalam hal pencarian stabilitas, memandang masalah sebagai gangguan, bukan dilihatnya sebagai peluang untuk masa depan. Manajer ini sering menyerang masalah tanpa mencari tahu terlebih dahulu akar permasalahannya.
c.        Conflict Manager adalah jenis manajer yang mengandalkan pengendalian dengan berbagai alat kontrolnya untuk menguasai keadaan, dan sering campur tangan dalam berbagai hal.
d.       Cool Manager adalah termasuk manajer yang tidak percaya diri. Artinya, ia memberikan apa pun kepada bawahan, ingin bawahannya seperti teman biasa, dan berusaha selalu ceria ketika bertemu bawahan. Dengan cara seperti ini bawahan justru tidak memahami arah yang diberikan manajer jenis ini.
e.       Change Manager memandang setiap perubahan sebagai peluang untuk tumbuh maju dan setiap masalah dilihatnya sebagai peluang. Manajer jenis ini selalu berusaha mencari inti permasalahan dan berusaha mengembangkan perubahan yang dibutuhkan agar permasalahan dapat teratasi.

1.       Apakah Kemampuan Manajerial itu?

Seperti jabatan lainnya, menjadi manajer tidaklah semudah yang diperkirakan seseorang yang sebelumnya menjadi karyawan biasa. Untuk menjadi seorang manajer yang sukses, ia harus memiliki sejumlah kompetensi umum dan khusus. Kemampuan manajerial adalah kemampuan untuk mengatur, mengkoordinasikan dan menggerakkan para bawahan ke arah pencapaian tujuan yang telah ditentukan organisasi. Dalam organisasi yang berukuran besar, kesempatan manajer untuk mengadakan kontak dengan seluruh bawahan relatif sangat kecil. Lebih-lebih dalam organisasi yang besar yaitu organisasi yang ruang lingkup operasinya nasional atau internasional.
Dengan demikian, kegiatan mengintegrasikan, mengoordinasikan dan menggerakkan para bawahan oleh manajer puncak dilakukan melalui pendelegasian wewenang kepada manajer menengah dan manajer pengawas. Kemampuan manajerial tidak begitu saja muncul. Kemampuan ini lahir dari suatu proses yang panjang yang terjadi secara perlahan-lahan melalui proses pengamatan dan belajar. Bukti dari kemampuan manajerial adalah sejauh mana kelompok kerja yang dipimpinnya mampu berkinerja secara optimal. Dalam hal ini, manajer di semua tingkatan harus mampu menunjukkan bahwa mereka sanggup dekat secara emosional dengan bawahan sehingga bawahan memberikan dukungan dengan komitmen yang kuat pada kelompok kerjanya.
Banyak hal yang menyebabkan seorang manajer tidak menghasilkan kinerja yang diharapkan dalam memimpin kelompoknya. Antara lain karena ia:
a.        kurang memahami kinerja yang diharapkan dari posisinya sebagai seorang pimpinan kelompok kerja
b.       kurang memahami peran manajerial yang disandangnya
c.        tidak mempunyai keterampilan manajerial yang diperlukan untuk menghasilkan kinerja manajerial yang ditargetkan
d.       lemah dalam hal memotivasi atau menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya.

2.       Bagaimana Mengoptimalkan Kinerja Manajer?

Penilaian keberhasilan kinerja seorang manajer sangat tergantung dari kinerja bawahannya karena seorang manajer tidak dapat bekerja sendiri. Oleh karena itu seorang manajer harus mampu memimpin bawahannya berprestasi dalam pekerjaannya. Menurut hasil pengamatan para praktisi manajemen, faktor  yang menstimulasi bawahan untuk berprestasi bukan hanya imbalan yang besar saja, tetapi ada faktor-faktor lain yang lebih penting dari itu.  Paling tidak, ada 10 (sepuluh) faktor yang diinginkan bawahan untuk meningkatkan kinerja mereka antara lain:
a.        Pekerjaan yang Menarik. Manajer hendaknya mampu meyakinkan bawahannya bahwa pekerjaannya sangat menarik. Suatu pekerjaan dikatakan menarik bila orang yang mengerjakannya merasa senang melakukannya. Berawal dari rasa senang itu pula diharapkan bawahan dapat meningkatkan kualitas pekerjaannya. Seorang pimpinan juga perlu mengetahui jenis pekerjaan yang cocok dan disenangi bawahannya.
b.       Kesejahteraan yang memadai. Manajer harus dapat membuktikan bahwa dia mampu memberikan kesejahteraan yang memadai pada bawahannya dan pembagiannya dilakukan secara objektif. Hal ini penting dalam membangkitkan dan memelihara gairah kerja yang baik.
c.        Keamanan dalam pekerjaan. Manajer hendaknya mampu memberikan pengarahan atau pelatihan yang memadai kepada bawahannya sebelum suatu pekerjaan dilakukan. Dengan demikian dapat mengurangi rasa khawatir akan kegagalan dalam melakukan pekerjaan tersebut.
d.       Penghayatan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Manajer harus mampu menyadarkan bawahannya tentang hakikat dan makna pekerjaan yang dilakukannya. Dengan begitu mereka akan tahu manfaat dari pekerjaannya sehingga timbul motivasi untuk mengerjakannya.
e.       Suasana atau lingkungan kerja yang baik. Pimpinan hendaknya mengetahui bagaimana membuat tempat kerja yang kondusif dan hubungan personal yang harmonis. Lingkungan kerja yang baik diharapkan membawa pengaruh yang baik pula terhadap hasil kerja.
f.         Promosi dan perkembangan diri mereka sejalan dengan kompetensi dan konstribusi. Seorang bawahan akan merasa bangga bila kelompok kerjanya meraih kemajuan dalam kinerjanya. Apalagi bila promosi dan perkembangan diri mereka dihargai secara adil berdasarkan pada kompetensi dan kontribusinya. Dengan kebanggaan itu pula dia akan selalu menjaga prestasi dan citra kelompok kerjanya.
g.        Merasa terlibat dalam kegiatan-kegiatan kelompok kerja. Perasaan memiliki (sense of belonging) bawahan terhadap kelompok kerjanya harus senantiasa ditumbuh-kembangkan melalui keterlibatan yang aktif dan tulus. Dengan demikian bawahan akan merasa bahwa dirinya benar-benar dibutuhkan dalam kelompok kerjanya sehingga ia akan selalu termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya.
h.       Pengertian dan simpati atas masalah pribadi. Seorang Manajer harus mampu menjalin hubungan emosional dengan bawahannya secara bijaksana. Jika diperlukan, dalam batas-batas tertentu, seorang manajer perlu memahami dan mengerti urusan pribadi bawahannya tanpa mengesankan turut campur. Dengan demikian hubungan kerja tidak terbatas pada pendekatan formal legalistik, namun juga pendekatan kekeluargaan atau dari hati ke hati antara manajer dan bawahannya.
i.         Kesetiaan manajer pada bawahan. Tidak hanya bawahan yang perlu memberikan loyalitas pada pimpinan, manajer pun perlu menunjukkan loyalitas kepada bawahannya. Loyalitas demikian akan menjadi dasar rasa kepercayaan bawahan terhadap manajernya, sehingga mereka mau memberikan dukungan yang penuh terhadap aktivitas kelompok kerjanya. Hal ini dapat juga mendatangkan wibawa bagi seorang manajer.
j.         Selalu disiplin dalam bekerja. Penerapan disiplin kerja dengan pendekatan legalitas formal hendaknya diminimalisasi. Manajer yang hanya berbicara tentang sangsi atau hukuman dalam menegakkan disiplin, hanya menunjukkan ketidakmampuannya dalam memimpin. Pendekatan seperti ini akan menstimulasi bawahan untuk bersikap defensif dan bisa mengurangi keterlibatan dan dukungan mereka terhadap kelompok kerjanya.

MANAJEMEN GLOBAL

1.       Manajemen Baru Era Globalisasi

Dunia manajemen tidak seperti dahulu lagi. Kita memang tidak boleh melupakan masa lalu karena merupakan bagian dari masa kini dan masa mendatang. Kita saat ini menjadi saksi terjadinya suatu perubahan fundamental sebagai akibat arus deras globalisasi. Perubahan tersebut mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan politik. Berbagai bentuk organisasi lokal dan regional terkena dampak perubahan tersebut sehingga manajer organisasi juga mengalami suatu perubahan besar. Perusahaan dihadapkan pada pilihan berhadapan dengan pasar global atau mati. Oleh karena itu, pada umumnya perusahaan terpaksa mengurangi struktur biaya secara radikal dengan jalan merencanakan kembali dan mengurangi berbagai inisiatif yang meningkatkan biaya pada struktur, proses, dan produk (Rhinesmith, 2001).
Dengan perkembangan seperti ini, maka perusahaan harus memiliki staf dan karyawan yang mampu melayani pasar global sekaligus pasar lokal yang ingin dilayani dengan cara yang sama. Fungsi manajer pun perlu diredefinisi. Manajer yang semula berperan ”memerintah dan mengawasi” saat ini harus berperan menjadi ”pelatih” agar setiap karyawan mampu diberdayakan untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar. Manajer juga harus memiliki sejumlah ide, gagasan, strategi dan metode untuk membantu orang lain menyesuaikan diri dalam kondisi seperti ini. Selain itu manajer juga harus menyesuaikan strategi perekrutan, penyeleksian, pemberian kompensasi, pengembangan karier, teknik memotivasi, serta teknik mengawasi karyawan agar semuanya secara terintegrasi mampu memenuhi kebutuhan perusahaan.

2.       Bagaimana Seorang Manajer dapat menjadi Manajer Global

Seperti disebutkan sebelumnya, bahwa dewasa ini organisasi mengalami perubahan, yang semula berfokus pada pelayanan lokal menjadi organisasi yang dapat berkompetisi di dunia internasional, berpola pikir bisnis dan berperilaku sesuai permintaan pasar global. Perjanjian dagang AFTA (ASEAN Free Trade Area) 2003, yang disepakati negara-negara ASEAN, menimbulkan dampak yang cukup signifikan terhadap kondisi ekonomi dan
bisnis yang dialami Indonesia dan negara-negara ASEAN lainnya. Kompetisi telah berkembang semakin ketat. Hanya organisasi atau negara yang unggul, efisien, memiliki akses, dan mengusai jaringan (networking) yang dapat
bersaing dan mampu bertahan. Keadaan ini tentu saja mencemaskan kita semua karena daya saing dan keterbukaan ekonomi Indonesia masih rendah.
Dalam hal ini Indonesia tidak lebih baik dibandingkan Kamboja. Oleh karena itu, Indonesia harus terus berbenah diri agar tidak kalah bersaing dengan negara lain. Di dalam setiap persaingan, pelaku bisnis tidak hanya perlu mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya, melainkan juga harus dapat memanfaatkan peluang serta mampu mengatasi ancaman yang datang. Dengan demikian, bila dikaitkan dengan daya saing dan kesuksesan, maka hanya perusahaan yang sudah mengetahui posisi (positioning) kualitas dirinya yang akan mampu tetap aksis di kancah persaingan AFTA. Salah satu unit pelaku bisnis yang harus memiliki daya saing adalah manajer, yaitu seseorang yang bertugas mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber daya tersebut meliputi manusia, bahan baku, modal, peralatan atau mesin, metode atau kepemimpinan, serta informasi. Sumber daya ini harus dapat dikelola dengan baik agar nilai perusahaan terus meningkat. Manajer harus mengetahui seberapa ketat tingkat persaingan perusahaannya. Semakin ketat tingkat persaingan, berarti manajer harus semakin cermat dalam mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan. Penggunaan sumber daya haruslah efisien dan dapat berkesinambungan.
Dalam kondisi lingkungan bisnis yang cepat berubah, perusahaan semakin dituntut untuk lebih fleksibel sehingga dapat beradaptasi dalam waktu yang relatif cepat terhadap perubahan. Bentuk perusahaan seperti ini berakibat pada pemilihan sosok manajer yang sesuai dengan kondisi persaingan yang sangat ketat. Oleh karena itu manajer yang diharapkan adalah manajer yang mempunyai karakteristik fleksibel, yaitu memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap lingkungan dan mampu memanfaatkan sumber daya yang efisien. Di samping itu juga mereka harus memiliki wawasan global serta menguasai proses decision making, interpersonal relation, dan goal setting. Itu berarti seorang manajer saat ini harus memiliki peran sebagai interpersonal roles (kepemimpinan, komunikasi), informational roles (pengawas, pengendali, penyerap, dan penyebar informasi), dan decisional roles (entrepreneur, menangani perubahan, alokasi sumber daya, negosiator).
Informasi menjadi hal yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan bisnis saat ini. Para manajer harus mampu beradaptasi terhadap perkembangan informasi. Manajer era globalisasi harus mampu memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan menjadikannya sebagai solusi daya saing bagi bisnisnya karena sudah terbukti bahwa bisnis yang dikelola dengan memanfaatkan teknologi informasi akan memiliki daya saing yang handal.

Daftar Pustaka :
Handoko, T. Hani, 1996. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Handoko, T. Hani. 1996. Manajemen. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE.
Williams, Chuck, 2001. Manajemen. Edisi pertama. Jakarta: Salemba Empat.

0 Response to "KONSEP DASAR MANAJEMEN"

Posting Komentar

Pengikut