A. GRAFIK VOLUME DAN LABA
Pada postingan sebelumnya (Analisis Volume, Biaya dan Laba – I)
saya telah membahas analisis biaya, volume dan laba dengan salah satu model
yaitu analisis impas atau break even point. Model-model lain dari
analisis biaya, volume dan laba akan saya bahas pada postingan kali ini.
Analisis volume dan laba merupakan grafik yang memberikan
informasi bagaimana pengaruh perubahan volume pada laba perusahaan, analisis
ini disusun dengan membuat garis laba/rugi dan garis volume penjualan. Garis laba/rugi
digambarkan dengan menarik garis vertikal, sedangkan volume digambarkan dengan
garis horisontal, garis horisontal akan memotong garis vertikal pada laba sama
dengan nol atau saat break even point. Untuk lebih
jelasnya mari kita lihat contoh berikut ini:
Sebuah perusahaan mempunyai data biaya dan
harga jual sebagai berikut.
Biaya
tetap total satu periode Rp
1.000.000,00
Biaya
variabel per unit produksi jual Rp 100,00
Harga
jual per unit Rp 200,00
Anggaran produk terjual 20.000
unit
Dari
data tersebut bisa dicari break even point sebesar:
BEP = Rp 1.000.000,00
1- 100
= Rp2.000.000,00 atau dalam
unit sebesar 10.000 unit.
Dari
data yang tersedia bisa diketahui bahwa laba maksimal akan dicapai perusahaan
ketika perusahaan bisa menjual produk yang dianggarkan yaitu sebesar 20.000
unit atau total penjualan sebesar Rp 4.000.000,00 dan laba yang akan dicapai
pada saat penjualan sebesar:
Penjualan
(20.000 x Rp200,00) Rp 4.000.000,00
Biaya
variabel(20.000 x Rp100,00) Rp 2.000.000,00 -
Kontribusi
marjin Rp 2.000.000,00
Biaya
tetap total Rp 1.000.000,00 -
Laba
bersih Rp 1.000.000,00
Dengan
perhitungan tersebut maka bisa dibuat grafik volume dan laba seperti tampak
pada gambar berikut
Dari Gambar di atas kita bisa menarik beberapa garis yang menghubungkan
antara kedua garis vertikal dan horisontal berikutnya di beberapa
tempat, misalnya pada volume yang dijual sebesar 8.000 unit maka rugi yang
akan diderita perusahaan adalah sebesar Rp 200.000,00. Apabila perusahaan menjual
12.000 unit, perusahaan akan memperoleh laba sebesar Rp 200.000,00 dan laba
terbesar akan tercapai pada penjualan sebesar anggaran yaitu 10.000 unit atau
akan diperoleh laba sebesar Rp1.000.000,00.
Jadi
setiap volume berubah pada garis horisontal akan mempengaruhi pada garis laba
atau rugi tersebut, dan rugi terbesar adalah ketika perusahaan tidak menjual
produk yaitu akan tirnbul kerugian sebesar biaya tetap total atau Rp
1.000.000,00.
Anda mungkin akan mencoba membuat tes ketepatan grafik dengan melihat
garis pada grafik pada saat
volume sebesar 15.000 unit dalam grafik menunjukkan laba sebesar Rp500.000,00
perhitungannya adalah:
Penjualan
15.000 x Rp200,00 Rp
3.000.000,00
Biaya
variabel15.000 x Rp100,00 Rp 1.500.000,00 -
Kontribusi
marjin Rp 1.500.000,00
Biaya
tetap total Rp
1.000.000,00 -
Laba
bersih Rp 500.000,00
Grafik
volume dan laba akan bermanfaat
untuk memantau perubahanperubahan selama jangka pelaksanaan anggaran.
Break Even Mixed
Pada
postingan sebelumnya (Analisis Volume, Biaya
dan Laba – I) saya telah membahas
bagaimana menghitung dan menganalisis titik impas atau break even point, baik
melalui pendekatan persamaan maupun grafik. Break even point pada pada postingan tersebut memberi gambaran kapan perusahaan
tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi, di mana asumsi yang digunakan adalah perusahaan
memproduksi satu jenis produk, dengan demikian break even point pada
postingan sebelumnya untuk perusahaan dengan satu
jenis produk.
Bagaimana
kalau perusahaan memproduksi
lebih dari satu jenis, untuk menentukan break even point perusahaan yang mempunyai produk lebih dari satu jenis Anda bisa
menyusun break even campuran (Break Even Mixed) yaitu dengan
mencari kontribusi marjin masing-masing jenis produk, di mana asumsi yang
digunakan adalah produk yang mempunyai kontribusi marjin terbesar akan
digunakan untuk menutup biaya tetap pertama, kemudian menyusul produk yang
memberikan kontribusi marjin lebih kecil dan seterusnya. Dengan asumsi seperti
itu maka break even akan dicapai pada tahap di mana biaya tetap bisa
ditutup oleh kontribusi marjin beberapa produk.
Anda mungkin akan lebih mudah memahami penjelasan tersebut
dengan memperhatikan contoh berikut:
Sebuah perusahaan yang memproduksi empat jenis produk A, B, C
dan D mempunyai data biaya, penjualan dan kontribusi marjin sebagai berikut.
Jenis produk
|
Penjualan (Rp)
|
Biaya variabel (Rp)
|
Marjin (Rp)
|
Kontribusi (%)
|
A
|
1.200.000,00
|
900.000,00
|
300.000,00
|
25
|
B
|
1.600.000,00
|
960.000,00
|
640.000,00
|
40
|
C
|
1.400.000,00
|
700.000,00
|
700.000,00
|
50
|
D
|
800.000,00
|
440.000,00
|
360.000,00
|
45
|
Total
|
5.000.000,00
|
3.000.000,00
|
2.000.000,00
|
40 (160 : 4)
|
Biaya
tetap total = Rp 1.600.000,00
Dari
data tersebut kita bisa menentukan break even point tanpa memperhatikan per jenis produk akan dicapai pada penjualan
sebesar Rp 4.000.000,00 yaitu
dengan perhitungan:
Break
even point =
1.600.000,00 = Rp 4.000.000,00
0,40
Namun,
perhitungan break even seperti itu kurang tepat, karena
produk perusahaan dalam contoh tidak semuanya mempunyai kontribusi marjin 40%, sehingga
informasi titik impas sebesar Rp 4.000.000,00 mungkin
akan memberi informasi yang salah. Dengan memberikan konsentrasi pada tiap-tiap
jenis produk yang kita sebut break even
mixed memberi
gambaran kapan dan jenis produk mana saja yang akan bisa menutup biaya tetap.
Sebelum kita menghitung dan membuat contoh,
kita lihat asumsi berikut.
1. Break even mixed memberikan konsentrasi pada
produk yang memberi kontribusi marjin rasio yang besar, untuk menutup terlebih
dahulu biaya tetap total.
2. Komposisi atas produk yang dijual tidak berubah seperti yang dianggarkan.
3. Asumsi lain seperti pada break even satu jenis produk
Dengan
asumsi tersebut, maka break even mixed bisa dicari dan dihitung sebagai
berikut.
Urutan
produk dengan kontribusi terbesar didahulukan dalam menutup biaya tetap total adalah
C, D, B kemudian A secara berurutan persentase kontribusi marjin rasio masing-masing
adalah 50%, 45%, 40% kemudian 25%. Dengan urutan tersebut maka break even
mixed dicapai pada penjualan seperti berikut:
Jumlah
biaya tetap total Rp
1.600.000,00
Kontribusi
marjin produk C Rp
700.000,00
Kontribusi
marjin produk D Rp
360.000,00
Kontribusi
marjin produk B Rp
640.000,00
Jumlah
kontribusi marjin untuk menutup biaya tetap Rp1.700.000,00
Kontribusi
marjin sebesar Rp1.700.000,00 tersebut
dicapai pada penjualan sebesar:
Produk
C = 100% x Rp700.000,00 = Rp
1.400.000,00
50%
Produk
D = 100% x Rp360.000,00 = Rp
800.000,00
45%
Produk
B = 100% x Rp640.000,00 = Rp 1.600.000,00 +
40%
Penjualan
untuk menutup biaya total = Rp
3.800.000,00
Perhitungan
tersebut memberikan gambaran, bahwa total biaya ditutup oleh penjualan sebesar Rp3.800.000,00 (yaitu
dari produk C = Rp1.400.000,00 + produk
D = Rp 800.000,00 + produk
B = Rp1.600.000,00) atau break even dicapai pada tingkat sejumlah
Rp 3.800.000,00.
Perhitungan
break even point baik total maupun mixed apabila digambarkan
dalam bentuk grafik akan tampak seperti gambar berikut.
Grafik Break Even Point Mixed
Keterangan
Gambar
1. Pada saat penjualan produk dengan kontribusi marjin rasio
terbesar dilakukan (produk D) maka perusahaan bisa menutup biaya tetap sebesar Rp
700.000,00 dan biaya tetap yang belum tertutup sebesar
Rp 900. 000,00.
2. Pada waktu produk C bisa terjual seluruhnya, maka biaya tetap
bisa tertutup sebesar Rp 1.060.000,00 (Rp 700.000,00 + Rp 360.000,00).
3. Pada saat produk B terjual sebesar Rp1.600.000,00 biaya tetap
bisa terjual seluruhnya.
4. Pada saat produk B bisa terjual seluruhnya, perusahaan akan memperoleh laba sebesar Rp 100.000,00.
5. Laba terbesar Rp 400.000,00 dicapai pada saat seluruh produk terjual.
6. Rugi terbesar ketika tidak berproduksi, yaitu sebesar biaya
tetap total (Rp 1.600.000,00).
Break Even Per Unit
Pada postingan sebelumnya (Analisis
Volume, Biaya dan Laba – I) dan postingan kali ini,
saya akan memberikan teknik-teknik analisis dengan break even point yang
dihitung secara total.
Kadang
manajemen ingin mengetahui komposisi penjualan, biaya variabel dan biaya tetap
per satuan produk, sehingga
manajemen bisa diberi informasi dalam unit berapa harga jual per unit bisa
menutup total biaya per unitnya.
Pendekatan break even per unit bisa dicari dengan membuat
grafik harga jual, biaya variabel, dan biaya tetap per unit. Cobalah Anda
membaca lagi postingan sebelumnya (Analisis Volume, Biaya
dan Laba – I) dan lihatlah grafik
biaya bahwa biaya variabel per unit tidak dipengaruhi oleh perubahan volume
penjualan (digambarkan dalam grafik garis mendatar), sedangkan biaya tetap
mempunyai sifat (per unit) makin besar yang dijual, makin kecil biaya per
satuan produk. Cobalah kita ulangi lagi grafik-grafik tersebut dengan contoh
berikut:
Biaya Variabel
Produk
dijual Biaya total Biaya per unit
1.000 unit Rp 1.000.000,00 Rp 1.000,00
1.500
unit Rp 1.500.000,00 Rp 1.000,00
2.000
unit Rp 2.000.000,00 Rp 1.000,00
2.500
unit Rp 2.500.000,00 Rp 1.000,00
Gambar berikut adalah grafik biaya variabel per unit.
Biaya tetap per unit
Produk
dijual Biaya total Biaya per unit
1.000
unit Rp 1.500.000,00 Rp 1500,00
1.500
unit Rp 1.500.000,00 Rp 1000,00
2.000
unit Rp 1.500.000,00 Rp
750,00
2.500
unit Rp 1.500.000,00 Rp
600,00
Gambar berikut adalah grafik biaya tetap per unit
Biaya Total per Unit
Dari
kedua jenis biaya tersebut, maka Anda bisa menghitung dan menyusun gambar
grafik biaya total per unit sebagai berikut.
Unit
dijual Biaya total Biaya per unit
1.000
unit Rp 2.500.000,00 Rp 2.500,00
1.500
unit Rp 3.000.000,00 Rp 2.000,00
2.000
unit Rp 3.500.000,00 Rp 1.750,00
2.500
unit Rp 4.000.000,00 Rp 1.600,00
Sekarang
kita lihat bahwa makin besar jumlah dijual/diproduksi maka biaya per unit makin
kecil, hal ini disebabkan oleh adanya biaya tetap yang makin lama makin kecil
akibat bertambahnya unit yang dijual atau dijual.
Sekarang
kita coba menggambarkan biaya total per unit tersebut dalam grafik, maka akan
tampak seperti pada gambar berikut.
Menyusun Grafik Break Even Per Unit
Dengan
menggabungkan antara biaya total per unit dan penjualan per unit maka bisa
digambarkan grafik break even per unit, Anda ambil contoh saja, misalnya
harga jual per unit adalah Rp2.000,00, maka ketika penjualan yang dilakukan
sebesar 1.500 unit akan tercapai break even yaitu pada saat itu biaya
total per unit Rp2.000,00 (biaya variabel Rp 1.000,00 + biaya tetap Rp 1.000,00), apabila penjualan
sebesar 1.000 unit perusahaan mengalami rugi Rp 500,00 per unit dan ketika
penjualan mencapai 2.000 unit perusahaan sudah memperoleh laba sebesar Rp250
per unit dan seterusnya. Penjelasan tersebut apabila digambarkan akan tampak
seperti pada Gambar 1.7 berikut.
Grafik BEP per unit
Jenjang Keamanan (Margin of Safety = MOS)
Jenjang
keamanan adalah selisih penjualan menurut anggaran dengan penjelasan dalam
keadaan break even yang dinyatakan dalam persentase. Jenjang keamanan
memberi informasi pada manajemen seberapa besar penurunan penjualan masih menunjukkan tingkat
keamanan atau tidak mengakibatkan kerusakan rugi.
Jenjang
keamanan dicari dengan persamaan berikut.
Contoh:
Biaya
tetap total Rp 1.000.000,00
Biaya
variabel per unit Rp 1.200,00
Harga
jual per unit Rp 2.000,00
Kapasitas anggaran 2.000 unit
BEP = Rp 1.000.000,00 = Rp
2.500.000,00
1 – 1.200
2.000
Anggaran
penjualan = Rp2.000,00 x 2000 = Rp4.000.000,00.
Margin Of Safety = Rp 4.000.000,00 – Rp 2.500.000,00 x 100%
Rp 4.000.000,00
=
37,50 %
Daftar Pustaka :
Charles. T. Honggren. (1994). Principles of Management Accounting. McGrew
Hill.
Hilton, Ronald W; Maher Michael W; and Selton, Fank H. (2000). Cost
Management: Strategies for Business Decisions. McGraw-Hill.
Machfoedz, Mas'ud. (1996). Akuntansi Manajemen: Perencanaan dan Pembuatan
Keputusan Jangka Pendek. Buku 1, Edisi 5, Yogyakarta: STIE Widya Wiwaha.
Machfoedz, Mas'ud. (1996). Ikhtisar Teori dan Soal Jawab Akuntansi Biaya.
Y ogyakarta: Widya Sarana Informatika.
Matz & Usry. (1980). Cost Accounting Planning And Control.
assalamualikum wr. wb.
BalasHapusmengenai jumlah penjualan yang harus dicapai ketika menginginkan laba sebesar x, sebelumnya saya sudah menghitung berapa penjualan yang harus dicapai jika menginginkan titik impas. yang saya tanyakan, mengapa ketika penjualan dengan laba dikurangi dengan laba tsb. tidak menghasilkan penjualan ketika titik impas??